November 15, 2012

Cloudy Parangndog

30 km motoran pagi-pagi setelah tidur nggak lebih dari 1 jam? Dari tengah Kota Jogja sampe ujung timur Parangtritis? Worth it bro!




November 12, 2012

ESCAPADE

Jawa Timur yang nggak bakal terlupa
Kalau sebelumnya aku cuman sambil lalu cerita, now get ready for the detailed one!

Batch 1, Malang, liburan keluarga
Jarang-jarang punya waktu luang sekeluarga, akhirnya disempet-sempetin deh habis UKK kemarin liburan ke Malang. Naik mobil jedag-jedug di dalem, kamera siap, peta dan GPS di tangan, makanan tinggal comot. Life is wonderful. Dalam 3 hari 2 malam (termasuk perjalanan) meng-eksplor Malang cukup buat nikmatin kota yang ternyata nggak sekecil dan sesepi yang aku bayangin. Tujuan wisata? Standar aja sih, Selecta, Jatim Park, BNS, kebun apel, silaturahmi, etc. Sama seperti wisatawan-wisatawan lainnya. Walau sering masuk angin yang bikin nggak begitu nafsu makan, tapi rasa makanan Jawa Timur cukup menggugah lho. Itu pertama kalinya aku tau ada makanan yang namanya krengsengan, ngerasain bakso malang asli di asalnya, rawon harga travel rasa hotel, pecel Jawa Timur komplit super pedas, mabok jus buah segar dan keripik tempe, ngerasain sate ayam Ponorogo pojok alun-alun Ponorogo, dll. Well, Malang punya banyak potensi wisata yang sangat-sangat perlu dikembangkan, next time I visit Malang, semoga pariwisatanya jadi lebih maju dan penataan kotanya jadi lebih baik.

Batch 2, Taman Nasional Alas Purwo, Ekspedisi PHC
Before everything else, I must say that this is the best thing that happened this year. Nggak berlebihan lhooo, karena buat mengadakan kegiatan ekspedisi ini bukannya gampang dan tanpa perjuangan. Hasilnya? sungguh-sungguh nggak mengecewakan. Setelah brainstorming cukup lama buat menentukan tempat, terpilihlah TN Alas Purwo sebagai tujuan ekspedisi 2012. Pernah coba cari informasi tentang Alas Purwo di Google? Yakin deh mayoritas isinya mistis semua. It bothered us so much in the beginning, dan bahkan sampe bikin kami pengen mundur pas nyaris nyampe di lokasi. Karena mendengarkan cerita dari orang-orang secara langsung jauh lebih terasa mencekam daripada cuman mbaca di layar laptop. Tapi nih, selain dari mistisnya yang diekspos banget, keindahan alamnya nggak main-main ternyata.
Rombongan ekspedisi PHC jumlahnya ada 11 orang, 2 orang berangkat duluan tanggal 1 Juli, dan sisanya nyusul tanggal 3 Juli nya. KA Ekonomi Sri Tanjung lah yang nganterin kami dari Stasiun Lempuyangan, Jogja sampe Stasiun Banyuwangi Baru, Banyuwangi. Karena larut malam nggak ada kendaraan yang bisa ngangkut kami ke Alas Purwo (dan nggak bayangin nyampe sana jam 12 malem bentukannya kayak gimana), semalaman kami istirahat di depan stasiun. Gossipnya sih di sini nggak aman karena ada pencuri yang ngincer barang berharga punya penumpang yang ngabisin malam mereka di sekitaran stasiun, fortunately, pas kami nginep ada petugas polisi jaga jadi nggak kecolongan deh (dan perjuanganku begadang was such a waste).
Paginya, kami bisa ngelanjutin perjalanan ke Rowobendo, pintu gerbang Alas Purwo di Kalipait, naik kol charter-an dari stasiun. Perjalanannya cukup makan waktu, karena begitu ngelewatin kantor balai Taman Nasional, jalannya hancur gila. Jangan tanya persisnya gimana jalan menuju ke Rowobendo, 10 km sebelumnya (dari balai), rasanya kayak dikocok-kocok dalem kol kaleng. Lega banget ketika sampe di gerbang taman nasional, penjaga hutan yang jaga nyambut kami dan mempersilahkan kami ke pesanggrahan trianggulasi tempat kami nginep, setelah melakukan registrasi.
Kondisi jalan di dalam Alas Purwo emang mayoritas masih berupa tanah dan batuan kecuali jalan menuju G-land. Tapi di sini, kalo cukup beruntung bisa ngeliat satwa yang lagi  melintas. Kami beruntung banget bisa liat segerombolan ajag, banyak sekali monyet, beberapa tupai, dan lebih dari sekali liat gerombolan rusa lari nyeberang. Even if you're not that lucky, you can still hear their sounds if you walk quietly enough.
Pesanggrahan Trianggulasi yang letaknya beberapa ratus meter dari pantainya fasilitasnya lengkap banget! Kalo buat kami, tempat ini udah kayak hotel di dalem hutan. Tidur enak, makanan berlebih, listrik nyala, air nggak pernah habis, kamar mandi bersih, bahkan setelahnya tempat ini kerasa lebih enak daripada penginapan yang kami sewa di deket stasiun pas mau pulang, padahal tarifnya beda jauh lho. Pengelola pesanggrahan juga sangat baik sama kami, ada Mbah Gunung dan teman-teman, terus juga patroli hutan yang kadang mampir, dan kebanyakan penjaga hutan yang pernah ketemu kami pasti tau di mana kami nginep dan kadang-kadang ketemu di sini.
Di hari kedua Ekspedisi ini, tujuan kami adalah melakukan pengamatan satwa di Sadengan Feeding Ground  yang jaraknya kira-kira 5 km, ditempuh dengan berjalan kaki. Pada jam-jam tertentu, pengunjung bisa mengamati satwa yang lagi mencari makan atau sekedar bencengkerama, antara jam 8 pagi atau bisa juga jam 3 sore. Di sini disediakan fasilitas berupa pondok pusat informasi, di mana kita bisa ngobrol sama para penjaga hutan, juga sebuah menara pengamatan setinggi 12 m jadi bisa ngeliat dengan sudut pandang lebih luas. Kontur dari Feeding Ground yang berupa padang rumput luas yang rumputnya subur karena diairi terus-menerus dan dikelilingi perbukitan lah yang membuat satwa berkumpul di sini setiap harinya.
Sekembalinya dari Sadengan, kami memutuskan untuk menikmati sunset di Pantai Trianggulasi sebelum membersihkan diri. Tempatnya sungguh-sungguh menyenangkan! Ombaknya damai, mataharinya yang udah mulai tenggelam di balik deretan pantai sebelah barat, dan pasir putihnya yang nggak kalah menawan. By the way, bahkan di daerah hutan pantai ini kami nggak sengaja nemu seekor rusa, walaupun keliatannya dia kehilangan rombongannya. Still, it was a great surprise.
Lanjut ke hari ketiga, kali ini giliran Ngagelan kami jambangi. Kalau dihitung-hitung, jarak Trianggulasi-Rowobendo 2 km, jarak Rowobendo-Ngagelan 6 km, jadi kalau ditotal bolak-balik, ya lumayanlah. Syukur sih, karena jalan sekian km itu nggak sia-sia, di Ngagelan, walaupun cuma sebentar mampirnya, kami sempat melihat-lihat dan mengamati tempat pengembangbiakan tukik ditemani salah seorang petugas jaga di sini. Jadi begini ceritanya, garis pantai sebelah selatan Alas Purwo dari Cungur sampai Pancur sepanjang 18 km itu merupakan tempat pendaratan dan peneluran 4 jenis penyu dari 7 jenis yang ada di dunia. Hampir setiap malam, ada petugas Taman Nasional yang bertugas 'lelar' atau patroli telur penyu. Nanti setiap nemu telur penyu, bakal diambil dan ditetaskan di fasilitas pengembangbiakan penyu yang ada di Ngagelan, setelahnya tukik-tukik pun juga dikembangbiakan di sini untuk nantinya dilepas ke laut.
Walaupun hari ketiga sangat melelahkan, di hari keempat kami kembali bersemangat untuk ikut berpatroli hutan di kawasan Sadengan. kalau sebelumnya kami cuma menikmati Sadengan dari luar pagar pembatas, sekarang kami diperbolehkan masuk bersama 2 orang penjaga hutan. Bapak-bapak ini sudah belasan tahun ternyata mengabdi di TN Alas Purwo, bahkan sebelum TN ini dipisahkan dengan TN Baluran. Menjadi sebuah berkah diajak patroli bareng mereka, karena wilayah ini seperti kekuasaan beliau-beliau ini. Ketika patroli, kita mendata pertemuan kita dengan flora dan fauna. Selain mendapat ilmu dan cerita, pemandangan yang kami liat juga luar biasa. Those animals were just a few feet from us, watching intensely as if considering are we their friends or their foes. We could even touch their poop on the ground! eeek
Lanjut nih hari ke-5, naik Grandong (truk angkutan barang rakitan sendiri) kami muter-muter Alas Purwo, dari ujung Bedul di mana kami nelusurin sungai dan hutan mangrove sampai Pantai Pancur yang merupakan salah satu tujuan wisata G-Land. Puas banget rasanya, tapi sayang karena setelah muter-muter, sorenya harus balik ke Banyuwangi supaya besoknya bisa ngejar Kereta Sri Tanjung yang mbawa kami pulang ke rumah di Jogja.
Ekspedisi PHC emang nggak ada duanya, nggak rugi ninggalin adek yang lagi sunatan demi bisa mengunjungi Alas Purwo. Terimakasih banyak atas pengalaman dan semangat perjuangan pelestarian lingkungan hidup yang ditularkan ke kami. Kalau aku, dilain kesempatan mungkin bakal berusaha mengunjungi tempat ini lagi, karena yang udah kami jelajahin waktu itu baru sekelumit kecil dari berhektar-hektar tanah Alas Purwo yang setiap jengkalnya menjanjikan pengalaman yang baru dan nggak perlu diraguin lagi keasyikannya. Tertarik? Just pack your bag and go! 


N.B. Dokumentasi menyusul