Karena sudah mulai masa-masa pencarian lokasi KKN bagi mahasiswa-mahasiswa yang bukan pengusul seperti saya, bolehlah saya cerita sedikit tentang bagaimana ekspedisi ujung barat Indonesia saya ini bermula. Sebentar saya ingatkan lagi, pada periode KKN antar semester 2017 yang lalu, saya berkesempatan untuk menjajaki lokasi yang terkenal karena namanya diabadikan di lagu "Dari Sabang Sampai Merauke" ciptaan R.Suharjo.
Pertanyaan yang sering terlontar setelah mengetahui saya KKN di mana adalah, "Kok bisa mba, KKN di situ?". Satu-satunya jawaban untuk pertanyaan itu adalah "Entah, begitulah rupanya rencana Allah".
Mulanya saya sebetulnya termasuk orang-orang yang ingin jadi pengusul lokasi KKN. Kenapa? Karena keren. Yang saya tahu kakak saya pengusul, begitu juga kakak sepupu saya yang tinggal serumah, maka dari itu, saya nggak mau kalah, seru juga kalau bisa memilih lokasi dan merancang program yang akan dilakukan di lokasi tersebut. Tapi toh, saya nggak nemu tim dan pada akhirnya kegiatan yang lain mengalihkan fokus dari berusaha menjadi pengusul, hingga tidak terasa sudah pertengahan semester genap tahun ajaran 2016/2017.
Teman-teman saya mulai punya kelompok KKN, mulai ngobrolin keperluan KKN, mulai ngurusin ini itu yang saya nggak ngerti karena nggak ikutan ngurusin. Sepertinya, sudah saatnya yah nyari kelompok sebelum tidak ada lagi kesempatan untuk KKN di wilayah K2 (yang di luar Yogyakarta dan sekitarnya). Alhasil, saya mulai cari-cari lokasi yang sedang membuka rekrutmen terbuka dan terlihat menarik. Cara saya milihnya mudah, cari yang jauh, kira-kira lokasinya masih enak, desain posternya cukup menarik, dan program utamanya bisa lah saya cari celahnya untuk saya masuki.
Singkat cerita, saya mendaftar di dua lokasi, yang pertama ada di Lombok, dan yang kedua di Temanggung. Untuk Lombok saya batal wawancara karena ketika kesulitan nyari lokasi wawancaranya, narahubungnya susah dikontak, yah selamat tinggal. Sementara untuk yang Temanggung, sepertinya saat itu saya gagal 'menjual' nilai lebih ke-PWK-an dan kualitas diri, sudahlah nggak masalah.
Ternyata, jodoh lokasi KKN saya datang tidak disangka-sangka. Selama proses rekrutmen dua lokasi di atas, salah seorang kawan seangkatan ada yang menawarkan apabila ada yang tertarik untuk menggantikan posisinya di kelompok yang akan berangkat ke Sabang. Sekilas melihat dan menimbang, menarik juga, hingga sempat saya hubungi juga, tapi saat itu, masih nggak yakin. Hingga pada suatu Ahad, saya sedang mampir di kios dekat sunmor, nyari sarapan darurat. Tiba-tiba berpapasan dengan seorang kawan SMP yang sudah lama tidak bersua, dan sespontan itu dia menanyakan apakah saya sudah dapat lokasi KKN dan tertarik untuk bergabung dengan timnya ke Sabang. Wow, karena kaget, waktu itu cuma bengong dan bilang, biar nanti dipikirkan dulu.
Satu pekan setelahnya, pasca gagal wawancara Lombok dan ditolak Temanggung, akhirnya saya yakin untuk mengiyakan pergi ke Sabang, berbekal restu dari Ibu (yang mulanya hampir menolak karena salah mengingat Sabang ada di ujung timur Indonesia, dan harus diyakinkan bahwa saya nggak masalah baru kenal satu orang saja di tim, karena toh nantinya semua akan berkawan juga). Begitulah, sesederhana itu.
Lucu ya, terkadang kita mencari-cari jalan yang tepat, karena ingin ini atau merasa butuh itu. Pada akhirnya, kesempatan yang terbuka ternyata datang dari arah yang tidak terduga-duga. Ini bukan cerita yang pertama, bukan juga yang terakhir, karena sering ternyata saya mengalami yang seperti itu, tapi untuk pertama kalinya, kejadian ini yang membuat saya benar sadar bahwa begitulah takdir datang ketika kita mencoba untuk berusaha.
Selamat berproses dalam KKN bagi teman-teman yang baru akan berangkat. Semoga yang terbaik selalu menyertai.
Kalau kamu, bagaimana pengalaman menemukan jodoh lokasi KKNmu?
Sesaat sebelum menyeberang ke Pulau Weh, di Pelabuhan Ulee Lheue |
Pertanyaan yang sering terlontar setelah mengetahui saya KKN di mana adalah, "Kok bisa mba, KKN di situ?". Satu-satunya jawaban untuk pertanyaan itu adalah "Entah, begitulah rupanya rencana Allah".
Mulanya saya sebetulnya termasuk orang-orang yang ingin jadi pengusul lokasi KKN. Kenapa? Karena keren. Yang saya tahu kakak saya pengusul, begitu juga kakak sepupu saya yang tinggal serumah, maka dari itu, saya nggak mau kalah, seru juga kalau bisa memilih lokasi dan merancang program yang akan dilakukan di lokasi tersebut. Tapi toh, saya nggak nemu tim dan pada akhirnya kegiatan yang lain mengalihkan fokus dari berusaha menjadi pengusul, hingga tidak terasa sudah pertengahan semester genap tahun ajaran 2016/2017.
Teman-teman saya mulai punya kelompok KKN, mulai ngobrolin keperluan KKN, mulai ngurusin ini itu yang saya nggak ngerti karena nggak ikutan ngurusin. Sepertinya, sudah saatnya yah nyari kelompok sebelum tidak ada lagi kesempatan untuk KKN di wilayah K2 (yang di luar Yogyakarta dan sekitarnya). Alhasil, saya mulai cari-cari lokasi yang sedang membuka rekrutmen terbuka dan terlihat menarik. Cara saya milihnya mudah, cari yang jauh, kira-kira lokasinya masih enak, desain posternya cukup menarik, dan program utamanya bisa lah saya cari celahnya untuk saya masuki.
Singkat cerita, saya mendaftar di dua lokasi, yang pertama ada di Lombok, dan yang kedua di Temanggung. Untuk Lombok saya batal wawancara karena ketika kesulitan nyari lokasi wawancaranya, narahubungnya susah dikontak, yah selamat tinggal. Sementara untuk yang Temanggung, sepertinya saat itu saya gagal 'menjual' nilai lebih ke-PWK-an dan kualitas diri, sudahlah nggak masalah.
Ternyata, jodoh lokasi KKN saya datang tidak disangka-sangka. Selama proses rekrutmen dua lokasi di atas, salah seorang kawan seangkatan ada yang menawarkan apabila ada yang tertarik untuk menggantikan posisinya di kelompok yang akan berangkat ke Sabang. Sekilas melihat dan menimbang, menarik juga, hingga sempat saya hubungi juga, tapi saat itu, masih nggak yakin. Hingga pada suatu Ahad, saya sedang mampir di kios dekat sunmor, nyari sarapan darurat. Tiba-tiba berpapasan dengan seorang kawan SMP yang sudah lama tidak bersua, dan sespontan itu dia menanyakan apakah saya sudah dapat lokasi KKN dan tertarik untuk bergabung dengan timnya ke Sabang. Wow, karena kaget, waktu itu cuma bengong dan bilang, biar nanti dipikirkan dulu.
Satu pekan setelahnya, pasca gagal wawancara Lombok dan ditolak Temanggung, akhirnya saya yakin untuk mengiyakan pergi ke Sabang, berbekal restu dari Ibu (yang mulanya hampir menolak karena salah mengingat Sabang ada di ujung timur Indonesia, dan harus diyakinkan bahwa saya nggak masalah baru kenal satu orang saja di tim, karena toh nantinya semua akan berkawan juga). Begitulah, sesederhana itu.
Lucu ya, terkadang kita mencari-cari jalan yang tepat, karena ingin ini atau merasa butuh itu. Pada akhirnya, kesempatan yang terbuka ternyata datang dari arah yang tidak terduga-duga. Ini bukan cerita yang pertama, bukan juga yang terakhir, karena sering ternyata saya mengalami yang seperti itu, tapi untuk pertama kalinya, kejadian ini yang membuat saya benar sadar bahwa begitulah takdir datang ketika kita mencoba untuk berusaha.
Selamat berproses dalam KKN bagi teman-teman yang baru akan berangkat. Semoga yang terbaik selalu menyertai.
Kalau kamu, bagaimana pengalaman menemukan jodoh lokasi KKNmu?