Sebelum ini
saya sebenarnya tidak banyak mengenal tentang Tjokroaminoto. Perkenalan saya
dengan sosok beliau dimulai ketika pada suatu malam diadakan nonton bareng film
Tjokroaminoto di Sekretariat KMFT. Baru setelahnya, sampai saat ini karena
Sekolah Tjokro mewajibkan saya untuk menghayati perjuangan beliau, saya mencoba
mengenal sosok Haji Oemar Said Tjokroaminoto.
Dalam
perjalanan singkat 52 tahun hidupnya, Tjokroaminoto memberikan peninggalan yang
begitu besar bagi perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Terlahir di kalangan
ningrat, Raden Mas Tjokroaminoto mengenyam pendidikan yang baik di Sekolah
Rakyat. Kehidupan dan masa depannya cukup terjamin, beliau bekerja di Kepatihan
Ngawi dan dinikahkan dengan Soeharsikin, anak Wakil Bupati Ponorogo ketika itu.
Namun, Tjokroaminoto justru memilih untuk menanggalkan gelar ningratnya,
meninggalkan kehidupannya yang serba terjamin dan memilih untuk merasakan
penderitaan rakyat kelas bawah dengan bekerja sebagai kuli pelabuhan di
Semarang. Setelahnya, beliau sempat berganti-ganti pekerjaan, hingga pada
akhirnya beliau ditemui oleh perwakilan Sarekat Islam yang tertarik dengan
gagasan yang beliau curahkan di surat kabar Bintang Soerabaja, dan semenjak itu
menjadi bagian tak terpisahkan dari pergerakan organisasi tersebut.
Pada
masa-masa pergerakan beliau di Sarekat Islam inilah, Tjokroaminoto dengan
bantuan istrinya, mengelola kos-kosan di kediaman mereka di Gang Peneleh,
Surabaya. Kita mengenal sosok-sosok Soekarno, Alimin, Musso, Soeherman
Kartowisastro, Semaoen dan lainnya yang sempat mengenyam pendidikan politik
kala menjadi penghuni kos sederhana tersebut. Beliau menjadikan rumah kos
beliau sebagai tempat diskusi dengan mengizinkan Soekarno muda dan
kawan-kawannya mengikuti perbincangan dengan para tamu beliau. Tjokroaminoto mengantarkan
para pemuda itu pada wawasan baru,
pandangan baru, memberi kesempatan mereka mengenal tokoh-tokoh pergerakan kala
itu, serta mencontohkan perjuangan yang penuh pengorbanan pribadi.
Menarik,
bagi saya, bagaimana bahtera kepemimpinan Tjokroaminoto, sanggup mengumpulkan
tokoh-tokoh pergerakan serta membawa ribuan masyarakat jawa memperbaiki
kehidupan mereka. Kemudian pada akhirnya, dari bahtera inilah muncul
bahtera-bahtera lain yang dinahkodai murid-murid beliau yang membawa lebih
banyak manfaat pada lebih banyak masyarakat. Maka pantaslah apabila kita mengenang
Haji Oemar Said Tjokroaminoto sebagai Guru Bangsa, Bapaknya Bapak Bangsa.
Sumber:
Saya mendasari tulisan ini dari riset singkat saya tentang Tjokroaminoto, yang
masih sangat kurang mendalam dan dengan tingkat komprehensifitas yang rendah.
Sebagian besar tulisan didasari pada seri buku Tempo: Bapak Bangsa,
Tjokroaminoto, Guru Para Pendiri Bangsa